Dampak Buruk dari Ketagihan Selfie
Perkembangan teknologi informasi mengantarkan sebuah kebiasaan atau trend yang saat ini sedang berada di puncaknya.Ya fenomena Selfie seolah telah menjadi sebuah wabah yang melanda semua orang di dunia baik pria maupun wanita,tua muda, anak-anak bahkan segala lapisan ekonomi masyarakat gemar melakukan selfie.Sangking populernya kata ini akhirnya diterima sebagai kata resmi dalam bahasa inggris, dan tercantum dalam Oxford english dictionary pada tahun 2013. Beberapa media di Indonesia menciptakan sebuah istilah dalam bahasa indonesia untuk mengartikan selfie ini. Istilah itu adalah Swafoto yang artinya potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera. Selfie atau Swafoto memang diterima dihampir semua kalangan. Namun tahukah anda ternyata kegemaran dan kebiasaan selfie berlebihan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Sejarah selfie menjadi populer
Bagaimana fenomena selfie ini bisa menjadi populer 2-3 tahun belakangan ini? Kebiasaan foto narsis ini ternyata sudah ada sejak tahun 1900 silam, ketika kamera box produk brownie diciptakan. Metode awalnya dilakukan di depan cermin.Putri kekaisaran Rusia Anastasia Nikolaevna tercatat sebagai salah satu orang pertama yang melakukan fot selfie. Remaja ini mengirimkan hasil foto narsisnya ke teman-temannya pada 1914 bersama surat yang bertuliskan "saya mengambil foto ini mengunakan cermin,sangat susah dan tangan saya gemetar".
Selain Anastasia,ada beberapa foto yang ditemukan pada dokumentasi keluarga kerajan-kerajaan Eropa, mengingat dahulu kegiatan mengambil foto ini memakan gambar yang mahal, maka hanya kerajaan bangsawan saja yang bisa melakukannya. Saat itu foto selfie belum banyak muncul, sangat berbeda dengan kondisi saat ini.
Perkembangan teknologi kamera membuat pengambilan gambar atau momen menjadi sangat mudah, foto selfie pun mulai bermunculan di beberapa tempat di dunia. Awalnya foto selfie ini sangat bersejarah, seperti yang dilakukan Edwin Buzz Aldrin, seorang astronot yang mengabadikan dirinya dalam penjelajahan pesawat Apllo keluar angkasa. Momen ini merupakan lompatan besar yang dilakukan manusia bisa menjelajahi alam lain selain bumi.
Foto selfie Buzz Aldrin di luar angkasa (whosay.com/buzzaldrin) |
Tanda-tanda selfie menjadi gangguan jiwa
Mewabahnya selfie membuat sebagian orang sering melakukan selfie yang berlebihan, memotret diri sendiri, menjadi ciri kepribadian narsistik atau merasa dirinya lebih dari orang lain atau bisa juga menjadi histrionik atau ingin menjadi pusat perhatian. Saat itu selfie dilakukan diluar kendali dan menjadi suatu keharusan dan tidak bisa dihentikan.Hal ini membuat fungsi sosial orang tersebut menjadi terganggu, misalnya seseorang keranjingan berselfie ia mulai tidak lagi mau bersosialisasi, cenderung cuek dengan keberadaan orang lain. Selfie dilakukan tanpa memperhatikan waktu, tempat dan situasi sehingga mengganggu orang lain disekitarnya.
Selain perilaku selfie yang mulai tidak terkendali. Orang yang memiliki gangguan jiwa karena selfie akan menilai dirinya lebih baik dari orang lain, dan juga menganggap dirinya penting dan harus dinomersatukan.
Notifikasi like atau penyukai di media sosial menjadi fokus orang tersebut dalam berselfie. Jika jumlah like atau yang menyukai gambarnya sedikit, dia mulai stres dan menggangu pikirannya sepanjang hari.
Macam-Macam Gangguan Jiwa Karena Selfie
Selfie dapat memicu munculnya gejala gangguan kepribadian seperti narsisistik dan histrinoik (caper atau ingin jadi pusat perhatian)."Gangguan kepribadian ini bukan timbul karena yang bersangkutan sering selfie. Kemungkinan sudah terbentuk kepribadian tersebut lalu ditemukan mediumnya untuk memunculkan gejala. Macam-macam gangguan jiwa karena selfie itu mencakup :
1. Narsis
Seperti halnya yang dialami seorang pemuda bernama Kurt Coleman dari Australia. Hampir setiap hari ia lewatkan dengan berfoto selfie, yang kemudian ia unggah ke berbagai akun jejaring sosial miliknya, seperti Instagram dan Facebook.
Tak lupa dalam setiap fotonya, Kurt selalu memuji dirinya sendiri. "I'm in love with this photo of me, SimplyAmazing," tulisnya pada salah satu foto di Instagram saat berpose mengenakan jaket jeans atau "Aku tampan dan aku mencintai diriku sendiri," tulisnya dalam kesempatan lain.
2. Adiksi atau kecanduan
Bisa dibilang kasus yang dialami remaja asal Inggris bernama Danny Bowman terbilang langka. Pasalnya ia sangat terobsesi pada foto selfie yang sempurna. Hingga bila hasil jepretannya tak memuaskan, Danny akan frustrasi, tak mau keluar rumah dan menolak makan.
Bahkan suatu ketika remaja berusia 19 tahun itu pernah mencoba bunuh diri dengan overdosis obat.
3. Histrionik
Mungkin belum banyak yang pernah mendengar istilah histrionik ini. Ini sebenarnya merupakan gangguan kepribadian di mana penderitanya ingin menjadi pusat perhatian. Sebagian besar penggila selfie sering diidentikkan dengan kondisi ini, tentu saja di samping narsis.
Seperti halnya yang terjadi pada wanita bernama Triana Lavey dari Los Angeles. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana caranya terlihat cantik saat selfie. Ia pun mengaku menghabiskan uang hingga sebanyak Rp 174 juta hanya untuk operasi plastik, di antaranya implan dagu dan operasi hidung.
"Kini aku memiliki wajah yang selalu aku idamkan. Aku seperti diriku dengan versi photoshop," ujar wanita berambut brunette itu dengan bangga.
4. Body Dismorphic Disorder (BDD)
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh University of Strathclyde, Ohio University dan University of Iowa ditemukan bahwa semakin banyak wanita melakukan selfie dan mengunggahnya di media sosial, maka semakin mereka merasa insecure atau tidak nyaman dengan citra tubuhnya sendiri.
Apalagi bila kegiatan ini disambi dengan mengamati selfie teman-temannya. Karena ini akan memicu si wanita untuk membanding-bandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain, dan hal ini semakin memicu mereka untuk berpikir negatif tentang penampilannya.
"Mereka yang masih berusia muda biasanya membandingkan diri mereka dengan foto-foto orang lain di media sosial. Yang berbahaya, mereka pada akhirnya merasa bersalah jika tubuh mereka tak seperti yang mereka lihat dari orang lain di media sosial," kata peneliti Petya Eckler.
5. Eksibisionis
Eksibisionis atau kecenderungan untuk memamerkan bagian tubuh tertentu kepada orang lain bisa juga dipicu oleh kebiasaan selfie. Seperti yang terjadi pada seorang staf wanita di parlemen Swiss yang kedapatan berpose bugil di gedung parlemen lantas mengunggahnya ke Twitter.
Anehnya, ia merasa selfie bugil adalah bagian dari kehidupan pribadinya dan mengaku sering melakukannya di jam kerja. Akan tetapi dr Tun Kurniasih Batsaman SpKJ(K) dari Sanatorium Dharmawangsa mengingatkan seseorang baru bisa dikatakan mengidap eksibisionis bila ia bisa memamerkan organ intimnya ke orang lain untuk memuaskan hasrat seksualnya
Itulah dampak buruk dari kecanduan foto selfie, Mengagumi diri sendiri dalam bentuk foto selfie bisa menjadi alat untuk mengenang momen-momen bersejarah, namun hati-hati jika keseringan berfoto selfie juga bisa berakibat buruk terhadap kesehatan mental, jika tidak disikapi secara bijaksana. Semoga bermanfaat !
TIPS MENARIK LAINNYA :
loading...
Awas Fenomena Selfie Bisa Menjadi Gangguan Jiwa
4/
5
Oleh
okio
loading...